Senin, 09 April 2012

KHUTBAH IDUL FITRI, OLEH: ARDAN LELEMAPPUJI, S.HI


KHUTBAH
I D U L  F I T R I


MAKNA IDUL FITRI DALAM MEMBANGUN KESADARAN DAN KEBERSAMAAN


O
L
E
H

ARDAN LELEMAPPUJI, S.HI


DOSEN FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALU


Alamat  :  Jl . Kalora No . 212 Kelurahan Nunu
        Palu Barat, Kota Palu
  Tlp. Hp. 081 341 202 999 / 0852 412 39993



DI SAMPAIKAN PADA HARI RAYA IDUL FITRI 1432 H
DI DESA MASARI KECAMATAN PARIGI SELATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG
SULAWESI TENGAH
MAKNA IDUL FITRI DALAM MEMBANGUN KESADARAN DAN KEBERSAMAAN

OLEH : ARDAN LELEMAPPUJI , S. HI

اََللهُ اَكْبَرُ، اََللهُ اَكْبَرُ، اََللهُ اَكْبَرُ، لاَاِلهَ اِلاَّ اللهُ اََللهُ اَكْبَرُ، اََللهُ اَكْبَرُ وَِللهِ اْلحَمْدُ . اََللهُ اَكْبَرُ،كَبِيْرًا وَالحمْدُ ِللهَ كَثِيِْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَاَصِيْلاً ، لاَاِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَاَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ اْلاَحُزَابَ وَحْدَهُ، لاَاِلهَ اِلاَّ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ اِلاَّ اِ يَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ، وَلَوْكَرِهَ الْكَفِرُوْنَ، وَلَوْكَرِهَ الُمُشْرِقُوْنَ، وَلَوْكَرِهَ الْمُنَافِقُوْنَ. لاَاِلهَ اِلاَّ اللهُ وَاََللهُ اَكْبَرُ، اََللهُ اَكْبَرُ وَِللهِ اْلحَمْدُ. اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِى ......... اَمَّابعْدُ
فَيَا اَيُّهَا انَّاسُ اتَّقُواللهَ حقَّ تُقاتهِ ولاَتَمُوْتُنَّ اِلاَّوَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.

Hadirin Wal hadirat Rahimakumullah.
Selessureng, to mala’bi’na puang Allahu Ta’ala engka Hadere.
Tua maku, Tina-Tinaku, sampe suvuku, Sararaku, merapi kita ritufu Allah Ta’ala mompaka singgani kita.

Mengawali khutbah id pagi ini, marilah kita mengucapkan syukur kepada Allah SWT, Tuhan sang maha Pencipta, pengatur serta pemelihara alam semesta, dia yang menghidupkan, dan dia pula-lah yang mematikan, dariNya kita diciptakan dan kepadaNya jualah kita kembali.

Shalawat dan Taslim kita haturkan keharibaan Nabi Besar Muhammad SAW, perintis ajaran kebenaran serta pencetus ajaran Tauhid, Nabi yang telah mencerahkan peradaban dari akhlak yang biadab menuju Akhlak yang beradab dengan cahaya Addinul Islam.

Insya Allah judul khutbah kita pada kesempatan ini adalah “Makna idul fitri dalam membangun kesadaran dan kebersamaan”

Allahu Akbar Walillahil Hamd.  

Pada hari ini, tanggal 01 Syawal 1432 H, bertepatan tanggal 30 Agustus 2011 M, gemuruh lantunan suara Takbir, Tahmid, Tahlil dan Tasbih memenuhi jagat angkasa raya di seluruh penjuru dunia. Semoga hari ini kita suci kembali laksana bayi yang baru keluar dari rahim ibunya, suci dari noda, dosa dan kesalahan. Semoga Allah SWT mengampuni dosa-dosa kita, baik dosa yang besar, maupun dosa yang kecil, dosa yang kita lakukan dengan cara yang sengaja maupun yang tidak di sengaja, kesalahan terhadap sesama manusia serta dosa kepada Allah SWT, semoga hari ini terhapuskan semua.

Jama’ah id Rahimakumullah

Mari kita menyimak beberapa definisi idul fitri berikut ini :
Yang pertama, idul fitri berarti hari selesainya kita berpuasa pada bulan suci ramadhan. Ramadhan telah berlalu, dan tidak ada jaminan bahwa kita akan bertemu kembali pada bulan suci ramadhan tahun depan. Mari kita bertanya kepada pribadi kita masing-masing, sudahkah makna Ramadhan terkapar dalam diri kita? ataukah Ramadhan berlalu begitu saja laksana angin sepoi-sepoi. Jangan-jangan bulan Ramadhan hanya dijadikan oleh para artis sebagai ajang penampilan keagamaan yang tidak berarti apa-apa, yang sebelum ramadhan mereka memakai baju yukensi yang dua jari, ketika Ramadhan semuanya alim, tapi anehnya lagi ketika selesai Ramadhan, baju yang mereka pakai tinggal sejari lagi bahkan lebih parah dari penampilan semula, bukan yang seperti itu yang dipesankan Ramadhan, tetapi substansi puasa Ramadhan adalah mengandung nilai-nilai relijius agar kita tidak rakus, tidak tamak, tidak ego dan sewenang-wenang merampas hak orang lain, tidak ambisi serta mau mendengarkan nasehat, tidak kenyang atas penderitaan orang lain serta tidak memakan makanan yang haram.

Selessureng, to mala’bina puang Allahu Ta’ala.

Yang kedua, idul fitri juga berarti hari dimana Allah mengundang hambanya untuk menghadiri shalat id dan mengakhiri puasa mereka. Di hari yang suci ini, kita merasakan kenikmatan hidup beragama yang disertai dengan kegembiraan. Sebagian besar anak-anak kita sangat bahagia memakai pakaian baru pemberian kedua orang tuanya. Akan tetapi …. Marilah kita sejenak melayangkan pandang kearah saudara-saudara kita, para fuqara, masakin serta anak-anak yang sudah menjadi yatim. Mereka sudah tidak ber-ayah-ibu lagi, mereka tidak mempunyai baju yang baru pemberian ibunya, tidak berpunya celana baru pemberian ayahnya, tidak ada sepatu hadiah pamannya, dan lain-lain. Tidaklah menetes air mata kita melihat ratapan dan tangisan anak-anak yang tak berpunya Ayah dan Ibu lagi di akibatkan oleh gejolak sosial, tidakkah tersentuh hati kita menengok anak yatim piatu di Panti-Panti Asuhan?, masihkah kita terbahak melihat ratapan dan jeritan anak-anak yang telah kehilangan orang tua akibat gempa bumi, yang mestinya hari ini mereka bergembira laksana anak-anak lainnya, akan tetapi mereka hanya bisa menangis dan meratap memanggil ayah  yang sudah tidak ada, menjerit mengharapkan kasih sayang dari sang ibu yang telah tiada, menginginkan hadiah dari paman, tapi apalah daya, orang tua dan paman mereka telah tiada. Masihkah kita tertawa apabila musibah itu menimpa keluarga kita?, olehnya, kepada siapa lagi mereka akan mengharapkan kasih sayang kalau bukan kepada kita semua.

اَحَرَنِيْ رَبِّى عَنْ اَحَبَّ الْمَسَاكِيْنَ وَالدُّنُوْءُ مِنْهُمْ.

Artinya : “Tuhan-Ku menyuruhku agar aku mencintai fakir miskin dan selalu mendekati mereka”.

Allahu Akbar Walillahil Hamd.

Yang ketiga, idul fitri berarti hari kembali kepada kesucian. Bagi kaum muslimin yang kepasitasnya sebagai makhluk sosial, Idul Fitri adalah saat yang tepat untuk bersilaturrahmi  dengan keluarga, kerabat dan sahabat. Pada hari ini kita perlu saling memaafkan, menghilangkan rasa benci dan dendam di antara kita, bersimpuh dihadapan orang tua, memohon keridhaan suami dan istri, menyambung kembali ukhuwah Islamiyah yang telah terputus, serta mempererat kembali persaudaraan yang sudah tidak harmonis.

Dalam QS. Asy-Syura ayat 23 Allah berfirman :

قُلْ لاَ اَسْأَلُكُم عَلَيْهِ اَجْرًا اِلاَّ الْمَوَدَّةً فِى الْقُرُبَى وَمَنْ يَقْتَرِفْ حَسَنَةً نَزِدْ لَهُ فِيْهَا حُسْنًا، اِنَ اللهَ غُفُوْرٌ شَكُوْرٌ.

Artinya : “Katakanlah : “ Aku tidak meminta kepadamu imbalan atas seruanku kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan, dan siapa yang mengerjakan kebaikan akan kami tambahkan baginya kebaikan pada kebaikannya itu, sesungguhnya Allah Maha Pengampun Lagi Maha mensyukuri.

Ayat tersebut merupakan penegasan Allah untuk menciptakan suatu masyarakat yang dilandasi kasih sayang dan persaudaraan. Persaudaraan yang penuh dengan kesadaran akan mewujudkan masyarakat  yang tentram, damai, aman, serta bahagia lahir maupun bathin. Semua itu hanya akan terjadi bilamana kita memelihara Hablum Minallah wa Hablum Minannas.

Islam sangat membenci perasaan iri hati, masere ati, peddi ati karena orang lain mendapat nikmat kekayaan terkadang dapat menimbulkan sakit hati. Perasaan benci dan dendam karena orang lain mendapat kedudukan bisa menimbulkan penyakit hati, perasaan dengki karena orang lain mendapat pujian atau penghormatan di kalangan manusia kadang kala dapat menimbulkan permusuhan.

Dalam hadits yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim, Rasulullah  SAW bersabda :

لاَتُقَاطَعُوْاوَلاَ تَدَابَرُوْا وَلاَتَبَاغَضُوْا وَلاَ تَحَاسَدُوْا وَكُوْنُوْا عِبَادَ اللهِ اِخْوَانًا وَلاَ يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ اَنْ يَهْجُرَ اَخَاهُ فَوْقَ ثَلاَثٍ.

Artinya : “Janganlah kamu memutuskan hubungan persaudaraan, jangan saling bertolak belakang, jangan saling emosi, jangan saling dengki, dan jadilah kamu hamba yang bersaudara, tidak halal bagi seorang muslim tidak menegur saudaranya lebih dari tiga hari.

Apabila ada diantara saudara itu yang tidak saling menegur atau tidak  saling menyapa, maka hendaklah kita mendamaikannya karena itu adalah perintah agama. Dalam hadits riwayat Muslim Rasulullah SAW bersabda, yang artinya:

“Maukah Aku beritahu kepadamu amalan yang menyamai puasa, sholat dan shadaqah? Jawab sahabat : tentu iman, Nabi bersabda : yaitu mendamaikan diantara kamu, karena rusaknya perdamaian diantara kamu adalah menjadi perusak Agama.”
Allahu Akbar Walillahil hamd.
Hadirin Wal Hadirat Jamaah Id Rahimakumullah.

Pada kesempatan ini pula, saya mengajak kepada kita semua untuk merenugi serta memaknai pesan-pesan yang ditinggalkan Ramadhan. Ramadhan memang telah berlalu, tetapi bulan suci Ramadhan mempunyai makna dan substansi yang di instruksikan kepada kita semua untuk diaplikasikan serta direalisasikan dalam kehidupan. Pesan-pesan Ramadhan tersebut yaitu :

Pertama. Pesan untuk berjuang melawan hawa nafsu. Selama sebulan penuh kita berjuang melawan hawa nafsu, menahan diri dari makan dan minum, marah, berkata-kata keji, bertingkah laku yang senonoh dan lain sebagainya, maka diharapkan, perjuangan tersebut tidak hanya pada bulan suci Ramadhan saja, tetapi harus kita realisasikan selama sebelas bulan yang akan datang di luar bulan suci Ramadhan. Prestasi pencapaian pengendalian hawa nafsu itu harus kita pertahankan, karena orang yang berhasil mengendalikan hawa nafsunya akan mendapatkan penghargaan dari Allah SWT berupa Surga. Dalam QS. An – Nazi’at : 40 – 41 Allah SWT berfirman.

وَاَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى.

Artinya : “Dan adapun orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya.

Dalam realita kehidupan kita, sangat banyak budaya-budaya yang dapat mengumbar hawa napsu kita. Banyak tradisi atau budaya yang tidak selaras dengan ajaran Islam serta dikawatirkan akan menghancurkan nilai-nilai rohaniyah, budaya-badaya itu, antara lain :

1.    Menghalalkan pergaulan bebas atau kehidupan Free Seks. Bahkan sudah merambah kekalangan Siswa, Mahasiswa, Remaja, Pemuda bahkan orang tua sekalipun.
2.    Kaum wanita cenderung bebas mempertotonkan auratnya tanpa rasa malu, bahkan merupakan suatu kebanggaan tersendiri apabila ia bisa memamerkan auratnya sehingga mengundang napsu birahi kaum lelaki.
3.    Menghalalkan  larangan-larangan Allah seperti minuman keras, kupon putih, penggunaan obat-obat terlarang dan lain sebagainya.
4.    Semakin meningkatnya kecenderungan sifat liberalistis, sekularistis dan materialistis dalam masyarakat kita, serta lebih banyak menganut system sekularisme dengan memisahkan urusan agama dengan urusan dunia.
5.    Merajalelanya prostitusi baik secara terselubung maupun terang-terangan.
6.    Merebaknya  perilaku jahiliyah di tengah-tengah masyarakat kita, seperti membunuh bayinya sendiri, lebih mendominasikan kegiatan hura-hura ketimbang perayaan-perayaan keagamaan. Lebih mengutamakan kitab-kitab yang lain ketimbang Al- Qur’an, dan lain sebagainya

Hadirin Rahimakumullah.

Hawa nafsu harus kita lawan dan kita kendalikan, karena orang selalu diperbudak oleh hawa napsunya. Maka ia akan mendapatkan tempat yang paling hina didalam neraka. Sebagaimana yang telah disinyalir Allah dalam QS. An – Naziat : 37 – 39

فَاَمَّا مَنْ طَغَى. وَءَاثَرَ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا. فَإِنَّ الْجَحِيْمَ هِيَ الْمَأْوَى

Artinya : “Adapun orang yang melampaui batas dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya Nerakalah tempat tinggalnya.

Hakekat kebahagiaan Idul Fitri adalah kemenangan mengendalikan nafsu, baik nafsu untuk berbuat larangan maupun nafsu untuk memiliki uang yang banyak dengan cara yang tidak halal. Rasulullah SAW pernah bertanya kepada sahabatnya: “Tahukah kamu siapakan orang yang pailit (bangkrut) itu?”. Sahabat menjawab : orang yang pailit atau bangkrut itu ialah orang yang tidak memiliki dirham (uang) dan tidak pula memiliki dinar serta tidak memilki harta benda. Namun Rasulullah  memiliki pandangan lain, Rasulullah bersabda : “Orang  yang pailit (bangkrut) dari umatku yaitu orang yang datang pada hari kiamat membawa pahala sholat, zakat, dan puasa, tetapi ia juga membawa dosa, maka ditebuslah dosanya dengan pahala kebaikan, tetapi sampai habis kebaikan itu belum juga lunas dosanya, dosanya lebih banyak ketimbang amalnya, sehingga akhirnya dimasukkan kedalam Neraka”.
Mungkin menurut ukuran manusia, orang yang bahagia adalah orang yang punya uang banyak, pangkat yang tinggi, jabatan yang diatas, harta yang berlimpah ruah, tapi menurut Rasulullah, apalah arti semua itu apabila keluarga amburadul, anak tidak karuan, istri jadi pendurhaka serta suami jadi pembangkang. Jikalau demikian, maka uang, pangkat, jabatan dan harta hanya akan menjadi benalu di hari kemudian.

Allahu Akbar Walillahil Hamd.

Kemenangan yang kita peroleh, marilah kita pertahankan dengan sungguh-sungguh, jangan sampai terlena dan mudah tergiur oleh bujuk rayu setan dan iblis. pada hari ini, iblis dan setan-setan yang terkutuk menjadi marah besar, karena mengetahui bahwa umat Islam telah mendapat pengampunan dari Allah SWT. oleh sebab itu, mereka berusaha dengan segala cara untuk memperdayakan ummat manusia agar terjebak dalam bujuk rayunya dan kembali dalam kenistaan. Hal ini sebagaimana terungkap dalam hadits Nabi SAW: yang  artinya: “Sesungguhnya iblis laknatullah berteriak keras pada setiap hari raya, lalu para pasukannya berdatangan berkumpul disisinya. Mereka berkata, wahai pemimpin kami siapakah gerangan yang telah membuat tuan murka, biar kami hancurkan. Iblis menjawab, bukan siapa-siapa, tetapi pada hari ini Allah SWT telah memberikan ampunan kepada Umat Muhammad. Maka hendaklah kalian sibukkan mereka dengan kenikmatan-kenikmatan kesenangan nafsu sahwat, larangan-larangan Tuhan dan minuman keras, sehingga Allah menjadi murka kepada mereka. Dengan demikian manusia akan menjadi budak iblis dan syetan lagi.”

Hadirin Rahimakumullah.

Kedua, pesan untuk bersabar. Sebagaimana disaat puasa, biar lapar melilit perut dan haus mencekik tenggorokan, kalau belum magrib makan dan minum belum bisa kita lakukan. Dalam kehidupan selanjutnya kita dilatih untuk bersabar ulet dan tahan uji, sehingga kita tidak larut dalam tipu daya dunia seperti kebanyakan orang ingin cepat kaya, namun tidak setia pada proses dan hanya berorientasi pada hasil. Akibatnya dia mengambil jalan pintas dengan menghalalkan segala cara. Ingin cepat naik pangkat tapi tidak sabar, dia jilat atasan dan injak bawahan, sikut kanan dan kiri, tidak peduli teman jadi lawan dan lawan jadi teman yang penting pangkat cepat naik.
Bukankah kehidupan ini bagaikan roda berputar yang hanya menunggu giliran? Ada saat datang, ada saat pergi, ada yang lahir dan ada yang mati. Hari ini mungkin kaya besok jadi orang miskin, hari ini pegang peran, mungkin besok dipecat atau di nonaktifkan. Dalam QS Ali Imran : 140, Allah SWT berfirman :

وَتِلْكَ اْلاَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ

Artinya : “Dan  masa (kejadian dan kehancuran) ini kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran)”.

Allahu Akbar Walillahil Hamd.

Ketiga, pesan untuk senantiasa menjaga persaudaraan dan kebersamaan. Persaudaraan dan kebersamaan harus senantiasa kita jaga serta kita pelihara, bukan malah sebaliknya. Suatu contoh dalam kehidupan, hari ini baik, besok sudah tidak baik lagi. Pagi ini berwajah cerah terhadap tetangga, sore sudah bermuram durja lagi. Pagi ini bertutur kata yang baik, besok lusa sudah bertengkar lagi. Kemaren sempat bersedekah, hari ini menjadi kikir lagi. Sang suami hari ini lembut selembut sutra kepada istri dan anak-anaknya, tetapi nanti sore ia menjadi sekeras baja dan istri pagi ini ia tersenyum renyah bagai bunga mawar yang sedang mekar, tapi nanti sore ia menjadi kecut, sekecut asam cuka. Sang anak pagi ini ramah bagai  bidadari surga, tapi nanti sore jadi kasar, sekeras perampak jalanan. Hal ini adalah suatu gambaran yang nyata dalam kehidupan kita.
Dalam lingkungan kita sehari-hari, kita telah mengamati hubungan kemanusiaan itu tampaknya hanya terikat oleh kepentingan sesaat, kebaikan kita ciptakan kepada orang lain hanya kalau telah dilihat kemungkinan akan adanya imbalan kebaikan dari orang itu, bawahan berbuat baik kepada atasan, tidak karena mengharap ridha Allah, tetapi karena harapan kenaikan pangkat saja. Politisi  esame bantuan bukan karena kemanusiaan dan ibadah, tetapi hanya untuk meraih simpati. Seorang pengusaha berbuat baik kepada penguasa, bukan karena ukhuwah persaudaraan, tetapi karena berharap koneksi dan fasilitas. Seorang pimpinan berbuat baik kepada atasannya, bukan karena ibadah tetapi sekedar mempertahankan kedudukan saja. Seorang istri berbuat baik kepada suaminya bukan karena perintah dan anjuran agama, tetapi karena suami banyak duitnya, tapi tatkala suami tidak punya apa-apa, gerutu dan caci maki akan menjadi bumbu rumah tangga. Pemimpin yang kita harapkan sebagai khalifah, tidak lagi sebagai pemimpin yang baik malah menjadi mufsid atau perusak. Korupsi merajalela, mulai dari atasan sampai bawahan, mulai dari anggota DPR, Menteri, Gubernur, Bupati, Camat sampai Kades/Lurah, berbagai macam jenis bantuan yang diberikan kepada rakyat miskin dan kurang mampu dari pemerintah apakah itu dalam bentuk pengobatan gratis, bea siswa pendidikan sampai pada pembagian jatah beras miskin, tapi sayang, sebagian besar tidak dirasakan langsung oleh rakyat itu sendiri, mereka berbuat atas nama hak rakyat  padahal tidak lebih dari penindasan terhadap hak rakyat. Mengapa kita tidak mampu merubah itu semua? Mengapa kita tidak bisa menjadi rahmat terhadap sesama manusia dan lingkungan? Jawabannya karena di hati kita tidak punya iman, kita selalu serakah, tamak dan egois, akibatnya kita tidak pernah merasa puas dan bersyukur dengan apa yang diberikan Allah kepada kita. Benar apa yang dikatakan oleh Rasulullah dalam sabdanya:

“Andaikan seorang anak Adam (manusia) mempunyai satu bukit emas pastilah ia berkeinginan untuk dua bukit emas lagi. Dan tidak ada yang dapat menghentikan kerakusannya kecuali maut.”            (HR. Bukhari Muslim)

Jamaah Id Rahimakumullah.

Keempat, pesan untuk senantiasa mengerjakan sholat. Sholat adalah kewajiban bagi setiap individu yang beragama Islam, di samping itu, orang yang mengaku dirinya Islam tetapi tidak mengerjakan sholat, Allah memandangnya dari atas langit laksana mayat yang berjalan di muka bumi tetapi tidak mempunyai kepala.
Dalam hadits yang diriwayatkan Muslim, Rasulullah SAW bersabda :

الصَّلاَةُ فِى الدِّيْنِ كَمَثَلِ الرَّأْسِ فِى الْجَسَدِ.

Artinya : “Kedudukan sholat dalam ajaran agama Islam laksana kedudukannya kepala dan badan.”

Dari hadits tersebut dapat kita ketahui bahwa yang membedakan orang islam dengan agama lain, hanya sholat. Bukan ketampanan, kegantengan, kecantikan ataupun materi yang berlimpah ruah.

Dalam konsep matematika, sholat di ibaratkan sebagai angka satu dan ibadah lainnya di ibaratkan angka nol. Apabila ada angka satu di depan, maka angka nol berikutnya akan terhitung menjadi 10, 100, 1000, dan seterusnya. Sebaliknya, bilamana umin angka nol di depan tidak ada angka satu, walaupun angka nol itu sekarung banyaknya, juga tidak bernilai apa-apa. Di samping itu, yang pertama-tama dijadikan tolak ukur di hari kiamat adalah sholat. Sebagai yang telah di sinyalir Rasulullah SAW dalam hadits yang diriwayatkan bukhari muslim:

اَوَّلُ مَا يُحَاسَبُ بِعَبْدِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ الصَّلاَة، فَإِنْ صَلُحَتْ، صَلُحَتْ سَائِرُ عَمَلِ كُلّهِ، فَإِنْ فَسَدَتْ، فَسَدَتْ سَائِرً عَمَلِ كُلِّهِ.

Artinya : ”Yang  pertama-tama dihisab kepada hamba  pada hari kiamat adalah sholat. Apabila sholatnya baik, maka baiklah seluruh amalan yang lain, apabila sholatnya buruk, maka buruklah seluruh amalan yang lain”.

Hadits tersebut memperingatkan kepada kita semua agar senantiasa menegakkan sholat, karena sholat adalah patokan utama di hari kemudian. Apabila sholatnya baik, maka amal yang lain ikut baik juga. Sebaliknya, bilamana sholat buruk, maka amalan yang lain dalam tanda kutip.

Allahu Akbar Walillahil Hamd.


Akhirnya sebagai kesimpulan :
Marilah kita gunakan kesempatan hari raya ini untuk bersilaturrahmi, saling memaafkan kesalahan masing-masing, kita buktikan makna  puasa, makna fitrah untuk bersihkan hati, melapangkan dada, hilangkan rasa benci, sucikan rasa dengki di dalam kalbu.

Di samping itu, kita realisasikan pesan-pesan puasa ramadhan dalam kehidupan, kita berjuang untuk melawan hawa nafsu, kita berlatih untuk banyak bersabar dan bersyukur, kita jalin persaudaraan serta kita senantiasa mengerjakan sholat.

Semoga suasana marhamah, mawadah wa rahmah, terbangun dengan hati terbuka, wajah yang ceria, kita ulurkan tangan tuk saling memaafkan, kita buka lembaran baru yang bersih dan suci, kita tutup halaman lama yang mungkin banyak terdapat kotoran dan noda. Biarkan yang tua memaafkan yang muda, yang mudah bersimpuh dihadapan orang tua, ayah dan ibu memberi maaf kepada anaknya, suami memberi maaf pada istrinya, mertua memberi maaf kepada menantunya dan sebagainya dengan ucapan.

تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تَقَبَّلْ يَاكَرِيْمَ
مِنَ الْعَائِدِيْنَ وَالفَائِزِيْنَ. اَقُولُ قَوْلِ هذَا وَاسْتَغْفِرُهُ، اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ عَلِيْمٌ.




KHUTBAH KEDUA

اَللَّهُمَّ نَوِّرْ قُلُوْبَنَا بِالتَّوْفِيْقِ وَالْهِدَايَةِ وَاجْنُبْنَا الشّرْكَ وَاْلمنْكَرَاتِ
·         Ya Allah, ya Tuhan kami, terangkanlah hati kami dengan taufik dan hidayah- Mu, dan jauhkanlah kami dari perbuatan syirik dan mungkar.

رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا دُعَائَنَا و َصَلاَتَنَا وَصِيَامَنَا وَزَكَاتَنَا وَتَعَبُّدَنَا
 وَتَمِّمْ تَقْصِيْرَنَا يَااللهُ

·         Ya Allah, Ya Tuhan kami, terimalah doa kami, sholat kami, puasa kami, zakat kami, pengabdian kami, dan sempurnakanlah  apa yang telah kami lakukan ya Allah

اَللّّهُمَّافْتَخْلَنَا ....
·         Ya Allah, bukankah kepada kami………

·         Ya Allah, ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami pemimpin-pemimpin yang bertanggung jawab serta dapat menyelamatkan kami dari lembah kesesatan

·         Ya Allah, ya Tuhan kami, begitu banyak peristiwa yang terjadi dinegeri ini: kebajiran, kebakaran, pertikaian, pembunuhan, tanah longsor, gempa bumi, dan lain sebagainya. Jika itu merupakan azab bagi kami , maka angkatlah azab tersebut, jika itu merupakan cobaan darimu ya Allah, maka berikanlah kami kekuatan dan kesabaran menghadapinya.

·         Ya Allah, ya Tuhan kami, kasihanilah kepada kedua orang tua kami, pejuang-pejuang kami, orang-orang muslim yang telah mendahului kami, berilah keselamatan kepada mereka.


رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
عِبَادَ اللهِ ...... وَلَذِكْرِ اللهِ اَكْبَرُ










KHATIB MENGUCAPKAN
SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1432 H
MINAL ‘AIDIN WAL FA’IDZIN
TAQABBALALLAHU MINNI WAMINKUM
MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN


ARDAN  LELEMAPPUJI, S.HI
 
 








Tidak ada komentar:

Posting Komentar