KHUTBAH
“ I D U
L F I T R I “
O
L
E
H
ARDAN
LELEMAPPUJI, S.HI
DOSEN FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALU
Alamat
: Jl . Kalora No . 212 Kelurahan
Nunu
Palu Barat, Kota Palu
Tlp. Hp. 081 341 202 999 / 0852 412 39993
DI SAMPAIKAN PADA HARI RAYA IDUL FITRI
1432 H
DI DESA MASARI KECAMATAN PARIGI
SELATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG
SULAWESI TENGAH
MAKNA
IDUL FITRI DALAM MEMBANGUN KESADARAN DAN KEBERSAMAAN
OLEH : ARDAN LELEMAPPUJI , S. HI
اََللهُ اَكْبَرُ،
اََللهُ اَكْبَرُ، اََللهُ اَكْبَرُ، لاَاِلهَ اِلاَّ اللهُ اََللهُ اَكْبَرُ،
اََللهُ اَكْبَرُ وَِللهِ اْلحَمْدُ . اََللهُ اَكْبَرُ،كَبِيْرًا وَالحمْدُ ِللهَ
كَثِيِْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَاَصِيْلاً ، لاَاِلهَ اِلاَّ اللهُ
وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَاَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ
اْلاَحُزَابَ وَحْدَهُ، لاَاِلهَ اِلاَّ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ اِلاَّ اِ يَّاهُ
مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ، وَلَوْكَرِهَ الْكَفِرُوْنَ،
وَلَوْكَرِهَ الُمُشْرِقُوْنَ، وَلَوْكَرِهَ الْمُنَافِقُوْنَ. لاَاِلهَ اِلاَّ
اللهُ وَاََللهُ اَكْبَرُ، اََللهُ اَكْبَرُ وَِللهِ اْلحَمْدُ. اَلْحَمْدُ ِللهِ
الَّذِى ......... اَمَّابعْدُ
فَيَا اَيُّهَا انَّاسُ
اتَّقُواللهَ حقَّ تُقاتهِ ولاَتَمُوْتُنَّ اِلاَّوَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
Hadirin Wal hadirat Rahimakumullah.
Selessureng, to mala’bi’na puang
Allahu Ta’ala engka Hadere.
Tua maku, Tina-Tinaku, sampe suvuku,
Sararaku, merapi kita ritufu Allah Ta’ala mompaka singgani kita.
Mengawali
khutbah id pagi ini, marilah kita mengucapkan syukur kepada Allah SWT, Tuhan
sang maha Pencipta, pengatur serta pemelihara alam semesta, dia yang
menghidupkan, dan dia pula-lah yang mematikan, dariNya kita diciptakan dan
kepadaNya jualah kita kembali.
Shalawat
dan Taslim kita haturkan keharibaan Nabi Besar Muhammad SAW, perintis ajaran
kebenaran serta pencetus ajaran Tauhid, Nabi yang telah mencerahkan peradaban
dari akhlak yang biadab menuju Akhlak yang beradab dengan cahaya Addinul Islam.
Insya
Allah judul khutbah kita pada kesempatan ini adalah “Makna idul fitri dalam
membangun kesadaran dan kebersamaan”
Allahu Akbar Walillahil Hamd.
Pada
hari ini, tanggal 01 Syawal 1432 H, bertepatan tanggal 30 Agustus 2011 M,
gemuruh lantunan suara Takbir, Tahmid, Tahlil dan Tasbih memenuhi jagat angkasa
raya di seluruh penjuru dunia. Semoga hari ini kita suci kembali laksana bayi
yang baru keluar dari rahim ibunya, suci dari noda, dosa dan kesalahan. Semoga
Allah SWT mengampuni dosa-dosa kita, baik dosa yang besar, maupun dosa yang
kecil, dosa yang kita lakukan dengan cara yang sengaja maupun yang tidak di sengaja,
kesalahan terhadap sesama manusia serta dosa kepada Allah SWT, semoga hari ini
terhapuskan semua.
Jama’ah id Rahimakumullah
Mari
kita menyimak beberapa definisi idul fitri berikut ini :
Yang
pertama, idul fitri berarti hari selesainya kita berpuasa pada
bulan suci ramadhan. Ramadhan telah berlalu, dan tidak ada jaminan bahwa kita
akan bertemu kembali pada bulan suci ramadhan tahun depan. Mari kita bertanya
kepada pribadi kita masing-masing, sudahkah makna Ramadhan terkapar dalam diri
kita? ataukah Ramadhan berlalu begitu saja laksana angin sepoi-sepoi.
Jangan-jangan bulan Ramadhan hanya dijadikan oleh para artis sebagai ajang
penampilan keagamaan yang tidak berarti apa-apa, yang sebelum ramadhan mereka
memakai baju yukensi yang dua jari, ketika Ramadhan semuanya alim, tapi anehnya
lagi ketika selesai Ramadhan, baju yang mereka pakai tinggal sejari lagi bahkan
lebih parah dari penampilan semula, bukan yang seperti itu yang dipesankan
Ramadhan, tetapi substansi puasa Ramadhan adalah mengandung nilai-nilai relijius
agar kita tidak rakus, tidak tamak, tidak ego dan sewenang-wenang merampas hak
orang lain, tidak ambisi serta mau mendengarkan nasehat, tidak kenyang atas
penderitaan orang lain serta tidak memakan makanan yang haram.
Selessureng, to mala’bina puang Allahu Ta’ala.
Yang
kedua, idul fitri juga berarti hari dimana Allah mengundang
hambanya untuk menghadiri shalat id dan mengakhiri puasa mereka. Di hari yang
suci ini, kita merasakan kenikmatan hidup beragama yang disertai dengan
kegembiraan. Sebagian besar anak-anak kita sangat bahagia memakai pakaian baru
pemberian kedua orang tuanya. Akan tetapi …. Marilah kita sejenak melayangkan
pandang kearah saudara-saudara kita, para fuqara, masakin serta anak-anak yang
sudah menjadi yatim. Mereka sudah tidak ber-ayah-ibu lagi, mereka tidak
mempunyai baju yang baru pemberian ibunya, tidak berpunya celana baru pemberian
ayahnya, tidak ada sepatu hadiah pamannya, dan lain-lain. Tidaklah menetes air
mata kita melihat ratapan dan tangisan anak-anak yang tak berpunya Ayah dan Ibu
lagi di akibatkan oleh gejolak sosial, tidakkah tersentuh hati kita menengok
anak yatim piatu di Panti-Panti Asuhan?, masihkah kita terbahak melihat ratapan
dan jeritan anak-anak yang telah kehilangan orang tua akibat gempa bumi, yang
mestinya hari ini mereka bergembira laksana anak-anak lainnya, akan tetapi
mereka hanya bisa menangis dan meratap memanggil ayah yang sudah tidak ada, menjerit mengharapkan
kasih sayang dari sang ibu yang telah tiada, menginginkan hadiah dari paman,
tapi apalah daya, orang tua dan paman mereka telah tiada. Masihkah kita tertawa
apabila musibah itu menimpa keluarga kita?, olehnya, kepada siapa lagi mereka
akan mengharapkan kasih sayang kalau bukan kepada kita semua.
اَحَرَنِيْ رَبِّى عَنْ
اَحَبَّ الْمَسَاكِيْنَ وَالدُّنُوْءُ مِنْهُمْ.
Artinya : “Tuhan-Ku menyuruhku agar aku mencintai fakir miskin dan selalu mendekati
mereka”.
Allahu Akbar Walillahil Hamd.
Yang
ketiga, idul fitri berarti hari kembali kepada kesucian. Bagi
kaum muslimin yang kepasitasnya sebagai makhluk sosial, Idul Fitri adalah saat
yang tepat untuk bersilaturrahmi dengan
keluarga, kerabat dan sahabat. Pada hari ini kita perlu saling memaafkan,
menghilangkan rasa benci dan dendam di antara kita, bersimpuh dihadapan orang
tua, memohon keridhaan suami dan istri, menyambung kembali ukhuwah Islamiyah
yang telah terputus, serta mempererat kembali persaudaraan yang sudah tidak
harmonis.
Dalam
QS. Asy-Syura ayat 23 Allah berfirman :
قُلْ لاَ اَسْأَلُكُم
عَلَيْهِ اَجْرًا اِلاَّ الْمَوَدَّةً فِى الْقُرُبَى وَمَنْ يَقْتَرِفْ حَسَنَةً
نَزِدْ لَهُ فِيْهَا حُسْنًا، اِنَ اللهَ غُفُوْرٌ شَكُوْرٌ.
Artinya : “Katakanlah : “ Aku tidak meminta kepadamu
imbalan atas seruanku kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan, dan siapa yang
mengerjakan kebaikan akan kami tambahkan baginya kebaikan pada kebaikannya itu,
sesungguhnya Allah Maha Pengampun Lagi Maha mensyukuri.
Ayat
tersebut merupakan penegasan Allah untuk menciptakan suatu masyarakat yang
dilandasi kasih sayang dan persaudaraan. Persaudaraan yang penuh dengan
kesadaran akan mewujudkan masyarakat
yang tentram, damai, aman, serta bahagia lahir maupun bathin. Semua itu
hanya akan terjadi bilamana kita memelihara Hablum
Minallah wa Hablum Minannas.
Islam
sangat membenci perasaan iri hati, masere
ati, peddi ati karena orang lain
mendapat nikmat kekayaan terkadang dapat menimbulkan sakit hati. Perasaan benci
dan dendam karena orang lain mendapat kedudukan bisa menimbulkan penyakit hati,
perasaan dengki karena orang lain mendapat pujian atau penghormatan di kalangan
manusia kadang kala dapat menimbulkan permusuhan.
Dalam
hadits yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim, Rasulullah SAW bersabda :
لاَتُقَاطَعُوْاوَلاَ
تَدَابَرُوْا وَلاَتَبَاغَضُوْا وَلاَ تَحَاسَدُوْا وَكُوْنُوْا عِبَادَ اللهِ
اِخْوَانًا وَلاَ يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ اَنْ يَهْجُرَ اَخَاهُ فَوْقَ ثَلاَثٍ.
Artinya : “Janganlah kamu memutuskan hubungan
persaudaraan, jangan saling bertolak belakang, jangan saling emosi, jangan
saling dengki, dan jadilah kamu hamba yang bersaudara, tidak halal bagi seorang
muslim tidak menegur saudaranya lebih dari tiga hari.
Apabila ada diantara saudara itu
yang tidak saling menegur atau tidak
saling menyapa, maka hendaklah kita mendamaikannya karena itu adalah
perintah agama. Dalam hadits riwayat Muslim Rasulullah SAW bersabda, yang artinya:
“Maukah Aku beritahu kepadamu amalan yang menyamai puasa, sholat
dan shadaqah? Jawab sahabat : tentu iman, Nabi bersabda : yaitu mendamaikan
diantara kamu, karena rusaknya perdamaian diantara kamu adalah menjadi perusak
Agama.”
Allahu Akbar Walillahil hamd.
Hadirin Wal Hadirat Jamaah Id Rahimakumullah.
Pada kesempatan ini pula, saya
mengajak kepada kita semua untuk merenugi serta memaknai pesan-pesan yang
ditinggalkan Ramadhan. Ramadhan memang telah berlalu, tetapi bulan suci
Ramadhan mempunyai makna dan substansi yang di instruksikan kepada kita semua
untuk diaplikasikan serta direalisasikan dalam kehidupan. Pesan-pesan Ramadhan
tersebut yaitu :
Pertama.
Pesan untuk berjuang melawan hawa nafsu. Selama sebulan penuh kita berjuang
melawan hawa nafsu, menahan diri dari makan dan minum, marah, berkata-kata
keji, bertingkah laku yang senonoh dan lain sebagainya, maka diharapkan, perjuangan
tersebut tidak hanya pada bulan suci Ramadhan saja, tetapi harus kita
realisasikan selama sebelas bulan yang akan datang di luar bulan suci Ramadhan.
Prestasi pencapaian pengendalian hawa nafsu itu harus kita pertahankan, karena
orang yang berhasil mengendalikan hawa nafsunya akan mendapatkan penghargaan
dari Allah SWT berupa Surga. Dalam QS. An – Nazi’at : 40 – 41 Allah SWT berfirman.
وَاَمَّا مَنْ خَافَ
مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ
الْمَأْوَى.
Artinya : “Dan adapun orang yang takut kepada
kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka
sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya.
Dalam
realita kehidupan kita, sangat banyak budaya-budaya yang dapat mengumbar hawa
napsu kita. Banyak tradisi atau budaya yang tidak selaras dengan ajaran Islam
serta dikawatirkan akan menghancurkan nilai-nilai rohaniyah, budaya-badaya itu,
antara lain :
1.
Menghalalkan
pergaulan bebas atau kehidupan Free Seks. Bahkan sudah merambah
kekalangan Siswa, Mahasiswa, Remaja, Pemuda bahkan orang tua sekalipun.
2.
Kaum wanita
cenderung bebas mempertotonkan auratnya tanpa rasa malu, bahkan merupakan suatu
kebanggaan tersendiri apabila ia bisa memamerkan auratnya sehingga mengundang
napsu birahi kaum lelaki.
3.
Menghalalkan larangan-larangan Allah seperti minuman
keras, kupon putih, penggunaan obat-obat terlarang dan lain sebagainya.
4.
Semakin
meningkatnya kecenderungan sifat liberalistis, sekularistis dan materialistis
dalam masyarakat kita, serta lebih banyak menganut system sekularisme dengan
memisahkan urusan agama dengan urusan dunia.
5.
Merajalelanya
prostitusi baik secara terselubung maupun terang-terangan.
6.
Merebaknya perilaku jahiliyah di tengah-tengah
masyarakat kita, seperti membunuh bayinya sendiri, lebih mendominasikan
kegiatan hura-hura ketimbang perayaan-perayaan keagamaan. Lebih mengutamakan
kitab-kitab yang lain ketimbang Al- Qur’an, dan lain sebagainya
Hadirin Rahimakumullah.
Hawa
nafsu harus kita lawan dan kita kendalikan, karena orang selalu diperbudak oleh
hawa napsunya. Maka ia akan mendapatkan tempat yang paling hina didalam neraka.
Sebagaimana yang telah disinyalir Allah dalam QS. An – Naziat : 37 – 39
فَاَمَّا مَنْ طَغَى.
وَءَاثَرَ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا. فَإِنَّ الْجَحِيْمَ هِيَ الْمَأْوَى
Artinya : “Adapun orang yang melampaui batas dan lebih
mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya Nerakalah tempat tinggalnya.
Hakekat
kebahagiaan Idul Fitri adalah kemenangan mengendalikan nafsu, baik nafsu untuk
berbuat larangan maupun nafsu untuk memiliki uang yang banyak dengan cara yang
tidak halal. Rasulullah SAW pernah bertanya kepada sahabatnya: “Tahukah kamu
siapakan orang yang pailit (bangkrut) itu?”. Sahabat menjawab : orang yang
pailit atau bangkrut itu ialah orang yang tidak memiliki dirham (uang) dan
tidak pula memiliki dinar serta tidak memilki harta benda. Namun
Rasulullah memiliki pandangan lain,
Rasulullah bersabda : “Orang yang
pailit (bangkrut) dari umatku yaitu orang yang datang pada hari kiamat membawa
pahala sholat, zakat, dan puasa, tetapi ia juga membawa dosa, maka ditebuslah
dosanya dengan pahala kebaikan, tetapi sampai habis kebaikan itu belum juga
lunas dosanya, dosanya lebih banyak ketimbang amalnya, sehingga akhirnya
dimasukkan kedalam Neraka”.
Mungkin
menurut ukuran manusia, orang yang bahagia adalah orang yang punya uang banyak,
pangkat yang tinggi, jabatan yang diatas, harta yang berlimpah ruah, tapi
menurut Rasulullah, apalah arti semua itu apabila keluarga amburadul, anak
tidak karuan, istri jadi pendurhaka serta suami jadi pembangkang. Jikalau
demikian, maka uang, pangkat, jabatan dan harta hanya akan menjadi benalu di
hari kemudian.
Allahu Akbar Walillahil Hamd.
Kemenangan
yang kita peroleh, marilah kita pertahankan dengan sungguh-sungguh, jangan
sampai terlena dan mudah tergiur oleh bujuk rayu setan dan iblis. pada hari
ini, iblis dan setan-setan yang terkutuk menjadi marah besar, karena mengetahui
bahwa umat Islam telah mendapat pengampunan dari Allah SWT. oleh sebab itu,
mereka berusaha dengan segala cara untuk memperdayakan ummat manusia agar
terjebak dalam bujuk rayunya dan kembali dalam kenistaan. Hal ini sebagaimana
terungkap dalam hadits Nabi SAW: yang
artinya: “Sesungguhnya iblis laknatullah berteriak keras pada setiap
hari raya, lalu para pasukannya berdatangan berkumpul disisinya. Mereka
berkata, wahai pemimpin kami siapakah gerangan yang telah membuat tuan murka,
biar kami hancurkan. Iblis menjawab, bukan siapa-siapa, tetapi pada hari ini Allah
SWT telah memberikan ampunan kepada Umat Muhammad. Maka hendaklah kalian
sibukkan mereka dengan kenikmatan-kenikmatan kesenangan nafsu sahwat,
larangan-larangan Tuhan dan minuman keras, sehingga Allah menjadi murka kepada
mereka. Dengan demikian manusia akan menjadi budak iblis dan syetan lagi.”
Hadirin Rahimakumullah.
Kedua,
pesan untuk bersabar. Sebagaimana disaat puasa, biar lapar melilit perut dan
haus mencekik tenggorokan, kalau belum magrib makan dan minum belum bisa kita
lakukan. Dalam kehidupan selanjutnya kita dilatih untuk bersabar ulet dan tahan
uji, sehingga kita tidak larut dalam tipu daya dunia seperti kebanyakan orang
ingin cepat kaya, namun tidak setia pada proses dan hanya berorientasi pada
hasil. Akibatnya dia mengambil jalan pintas dengan menghalalkan segala cara.
Ingin cepat naik pangkat tapi tidak sabar, dia jilat atasan dan injak bawahan,
sikut kanan dan kiri, tidak peduli teman jadi lawan dan lawan jadi teman yang
penting pangkat cepat naik.
Bukankah
kehidupan ini bagaikan roda berputar yang hanya menunggu giliran? Ada saat datang,
ada saat pergi, ada yang lahir dan ada yang mati. Hari ini mungkin kaya besok
jadi orang miskin, hari ini pegang peran, mungkin besok dipecat atau di
nonaktifkan. Dalam QS Ali Imran : 140, Allah SWT berfirman :
وَتِلْكَ اْلاَيَّامُ
نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ
Artinya : “Dan
masa (kejadian dan kehancuran) ini kami pergilirkan diantara manusia
(agar mereka mendapat pelajaran)”.
Allahu Akbar Walillahil Hamd.
Ketiga,
pesan untuk senantiasa menjaga persaudaraan dan kebersamaan. Persaudaraan dan
kebersamaan harus senantiasa kita jaga serta kita pelihara, bukan malah
sebaliknya. Suatu contoh dalam kehidupan, hari ini baik, besok sudah tidak baik
lagi. Pagi ini berwajah cerah terhadap tetangga, sore sudah bermuram durja
lagi. Pagi ini bertutur kata yang baik, besok lusa sudah bertengkar lagi.
Kemaren sempat bersedekah, hari ini menjadi kikir lagi. Sang suami hari ini
lembut selembut sutra kepada istri dan anak-anaknya, tetapi nanti sore ia
menjadi sekeras baja dan istri pagi ini ia tersenyum renyah bagai bunga mawar
yang sedang mekar, tapi nanti sore ia menjadi kecut, sekecut asam cuka. Sang
anak pagi ini ramah bagai bidadari
surga, tapi nanti sore jadi kasar, sekeras perampak jalanan. Hal ini adalah
suatu gambaran yang nyata dalam kehidupan kita.
Dalam
lingkungan kita sehari-hari, kita telah mengamati hubungan kemanusiaan itu
tampaknya hanya terikat oleh kepentingan sesaat, kebaikan kita ciptakan kepada
orang lain hanya kalau telah dilihat kemungkinan akan adanya imbalan kebaikan
dari orang itu, bawahan berbuat baik kepada atasan, tidak karena mengharap
ridha Allah, tetapi karena harapan kenaikan pangkat saja. Politisi esame bantuan bukan karena kemanusiaan dan
ibadah, tetapi hanya untuk meraih simpati. Seorang pengusaha berbuat baik
kepada penguasa, bukan karena ukhuwah persaudaraan, tetapi karena berharap
koneksi dan fasilitas. Seorang pimpinan berbuat baik kepada atasannya, bukan
karena ibadah tetapi sekedar mempertahankan kedudukan saja. Seorang istri
berbuat baik kepada suaminya bukan karena perintah dan anjuran agama, tetapi
karena suami banyak duitnya, tapi tatkala suami tidak punya apa-apa, gerutu dan
caci maki akan menjadi bumbu rumah tangga. Pemimpin yang kita harapkan sebagai
khalifah, tidak lagi sebagai pemimpin yang baik malah menjadi mufsid atau
perusak. Korupsi merajalela, mulai dari atasan sampai bawahan, mulai dari
anggota DPR, Menteri, Gubernur, Bupati, Camat sampai Kades/Lurah, berbagai
macam jenis bantuan yang diberikan kepada rakyat miskin dan kurang mampu dari
pemerintah apakah itu dalam bentuk pengobatan gratis, bea siswa pendidikan
sampai pada pembagian jatah beras miskin, tapi sayang, sebagian besar tidak
dirasakan langsung oleh rakyat itu sendiri, mereka berbuat atas nama hak
rakyat padahal tidak lebih dari
penindasan terhadap hak rakyat. Mengapa kita tidak mampu merubah itu semua?
Mengapa kita tidak bisa menjadi rahmat terhadap sesama manusia dan lingkungan?
Jawabannya karena di hati kita tidak punya iman, kita selalu serakah, tamak dan
egois, akibatnya kita tidak pernah merasa puas dan bersyukur dengan apa yang
diberikan Allah kepada kita. Benar apa yang dikatakan oleh Rasulullah dalam
sabdanya:
“Andaikan
seorang anak Adam (manusia) mempunyai satu bukit emas pastilah ia berkeinginan
untuk dua bukit emas lagi. Dan tidak ada yang dapat menghentikan kerakusannya
kecuali maut.” (HR. Bukhari Muslim)
Jamaah Id Rahimakumullah.
Keempat,
pesan untuk senantiasa mengerjakan sholat. Sholat adalah kewajiban bagi setiap
individu yang beragama Islam, di samping itu, orang yang mengaku dirinya Islam
tetapi tidak mengerjakan sholat, Allah memandangnya dari atas langit laksana
mayat yang berjalan di muka bumi tetapi tidak mempunyai kepala.
Dalam
hadits yang diriwayatkan Muslim, Rasulullah SAW bersabda :
الصَّلاَةُ فِى
الدِّيْنِ كَمَثَلِ الرَّأْسِ فِى الْجَسَدِ.
Artinya : “Kedudukan sholat dalam ajaran agama Islam
laksana kedudukannya kepala dan badan.”
Dari
hadits tersebut dapat kita ketahui bahwa yang membedakan orang islam dengan
agama lain, hanya sholat. Bukan ketampanan, kegantengan, kecantikan ataupun
materi yang berlimpah ruah.
Dalam
konsep matematika, sholat di ibaratkan sebagai angka satu dan ibadah lainnya di
ibaratkan angka nol. Apabila ada angka satu di depan, maka angka nol berikutnya
akan terhitung menjadi 10, 100, 1000, dan seterusnya. Sebaliknya, bilamana umin
angka nol di depan tidak ada angka satu, walaupun angka nol itu sekarung banyaknya,
juga tidak bernilai apa-apa. Di samping itu, yang pertama-tama dijadikan tolak
ukur di hari kiamat adalah sholat. Sebagai yang telah di sinyalir Rasulullah
SAW dalam hadits yang diriwayatkan bukhari muslim:
اَوَّلُ مَا يُحَاسَبُ
بِعَبْدِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ الصَّلاَة، فَإِنْ صَلُحَتْ، صَلُحَتْ سَائِرُ
عَمَلِ كُلّهِ، فَإِنْ فَسَدَتْ، فَسَدَتْ سَائِرً عَمَلِ كُلِّهِ.
Artinya : ”Yang
pertama-tama dihisab kepada hamba
pada hari kiamat adalah sholat. Apabila sholatnya baik, maka baiklah
seluruh amalan yang lain, apabila sholatnya buruk, maka buruklah seluruh amalan
yang lain”.
Hadits
tersebut memperingatkan kepada kita semua agar senantiasa menegakkan sholat,
karena sholat adalah patokan utama di hari kemudian. Apabila sholatnya baik,
maka amal yang lain ikut baik juga. Sebaliknya, bilamana sholat buruk, maka
amalan yang lain dalam tanda kutip.
Allahu Akbar Walillahil Hamd.
Akhirnya sebagai kesimpulan
:
Marilah kita gunakan kesempatan hari
raya ini untuk bersilaturrahmi, saling memaafkan kesalahan masing-masing, kita
buktikan makna puasa, makna fitrah untuk
bersihkan hati, melapangkan dada, hilangkan rasa benci, sucikan rasa dengki di
dalam kalbu.
Di
samping itu, kita realisasikan pesan-pesan puasa ramadhan dalam kehidupan, kita
berjuang untuk melawan hawa nafsu, kita berlatih untuk banyak bersabar dan
bersyukur, kita jalin persaudaraan serta kita senantiasa mengerjakan sholat.
Semoga
suasana marhamah, mawadah wa rahmah, terbangun dengan hati terbuka, wajah yang
ceria, kita ulurkan tangan tuk saling memaafkan, kita buka lembaran baru yang
bersih dan suci, kita tutup halaman lama yang mungkin banyak terdapat kotoran
dan noda. Biarkan yang tua memaafkan yang muda, yang mudah bersimpuh dihadapan
orang tua, ayah dan ibu memberi maaf kepada anaknya, suami memberi maaf pada
istrinya, mertua memberi maaf kepada menantunya dan sebagainya dengan ucapan.
تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا
وَمِنْكُمْ تَقَبَّلْ يَاكَرِيْمَ
مِنَ الْعَائِدِيْنَ
وَالفَائِزِيْنَ. اَقُولُ قَوْلِ هذَا وَاسْتَغْفِرُهُ، اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ
عَلِيْمٌ.
KHUTBAH
KEDUA
اَللَّهُمَّ نَوِّرْ
قُلُوْبَنَا بِالتَّوْفِيْقِ وَالْهِدَايَةِ وَاجْنُبْنَا الشّرْكَ
وَاْلمنْكَرَاتِ
·
Ya Allah, ya
Tuhan kami, terangkanlah hati kami dengan taufik dan hidayah- Mu, dan
jauhkanlah kami dari perbuatan syirik dan mungkar.
رَبَّنَا تَقَبَّلْ
مِنَّا دُعَائَنَا و َصَلاَتَنَا وَصِيَامَنَا وَزَكَاتَنَا وَتَعَبُّدَنَا
وَتَمِّمْ تَقْصِيْرَنَا يَااللهُ
·
Ya Allah, Ya
Tuhan kami, terimalah doa kami, sholat kami, puasa kami, zakat kami, pengabdian
kami, dan sempurnakanlah apa yang telah kami
lakukan ya Allah
اَللّّهُمَّافْتَخْلَنَا
....
·
Ya Allah,
bukankah kepada kami………
·
Ya Allah, ya
Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami pemimpin-pemimpin yang bertanggung jawab
serta dapat menyelamatkan kami dari lembah kesesatan
·
Ya Allah, ya
Tuhan kami, begitu banyak peristiwa yang terjadi dinegeri ini: kebajiran,
kebakaran, pertikaian, pembunuhan, tanah longsor, gempa bumi, dan lain
sebagainya. Jika itu merupakan azab bagi kami , maka angkatlah azab tersebut,
jika itu merupakan cobaan darimu ya Allah, maka berikanlah kami kekuatan dan
kesabaran menghadapinya.
·
Ya Allah, ya
Tuhan kami, kasihanilah kepada kedua orang tua kami, pejuang-pejuang kami,
orang-orang muslim yang telah mendahului kami, berilah keselamatan kepada mereka.
رَبَّنَا آتِنَا فِى
الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
عِبَادَ اللهِ ......
وَلَذِكْرِ اللهِ اَكْبَرُ
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar