AL-ISLAM
Oleh: Ardan Lelemappuji, S.HI
A.
PENGERTIAN
AQIDAH.
Aqidah adalah bentuk masdar dari kata “ ‘aqoda, ya’qidu,
’aqdan-‘aqidatan ” yang berarti simpulan, ikatan, sangkutan, perjanjian dan
kokoh. Sedang secara teknis aqidah berarti iman, kepercayaan dan keyakinan. Dan
tumbuhnya kepercayaan tentunya di dalam hati, sehingga yang dimaksud aqidah
adalah kepercayaan yang menghujam atau tersimpul di dalam hati. Sedangkan
menurut istilah aqidah adalah hal-hal yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa
merasa tentram kepadanya, sehingga menjadi keyakinan kukuh yang tidak tercampur
oleh keraguan.
B.
DEFINISI AQIDAH MENURUT PARA AHLI.
Menurut M. Hasbi Ash Shiddiqi mengatakan aqidah menurut ketentuan
bahasa (bahasa arab) ialah sesuatu yang dipegang teguh dan terhunjam kuat di
dalam lubuk jiwa dan tak dapat beralih dari padanya.
Adapun aqidah menurut Syaikh Mahmoud Syaltout adalah segi teoritis
yang dituntut pertama-tama dan terdahulu dari segala sesuatu untuk dipercayai
dengan suatu keimanan yang tidak boleh dicampuri oleh syakwasangka dan tidak
dipengaruhi oleh keragu-raguan.
Aqidah atau keyakinan adalah suatu nilai yang paling asasi dan prinsipil bagi manusia, sama halnya dengan nilai dirinya sendiri, bahkan melebihinya
Aqidah atau keyakinan adalah suatu nilai yang paling asasi dan prinsipil bagi manusia, sama halnya dengan nilai dirinya sendiri, bahkan melebihinya
Sedangkan Syekh Hasan Al-Bannah menyatakan aqidah sebagai sesuatu
yang seharusnya hati membenarkannya sehingga menjadi ketenangan jiwa, yang
menjadikan kepercayaan bersih dari kebimbangan dan keragu-raguan.
Aqidah menurut ahli sunnah wal jamaah.Kata
“aqidah” diambil dari kata al-‘aqdu, yakni ikatan dan
tarikan yang kuat. Ia juga berarti pemantapan, penetapan, kait-mengait,
tempel-menempel, dan penguatan.Perjanjian dan penegasan sumpah juga disebut ‘aqdu.
Jual-beli pun disebut ‘aqdu, karena ada keterikatan antara penjual
dan pembeli dengan ‘aqdu (transaksi) yang mengikat. Termasuk juga
sebutan ‘aqdu untuk kedua ujung baju, karena keduanya saling terikat.
Juga termasuk sebutan ‘aqdu untuk ikatan kain sarung, karena diikat
dengan mantap.
C.
DASAR HUKUM AQIDAH
Sejak adanya manusia, Allah swt telah menciptakan aturan-aturan
tentang tat cara bertindak baik tindakan yang berhubungan manusia dengan Tuhan,
manusia dengan manusia serta manusia dengan alam, namun disini akan dijelaskan
masalah tentang tindakan sosial satu dengan sosial lainnya.
Ø Hubungan manusia dengan ALLAH SWT.
Hubungan vertikal antara manusia
dengan khaliqnya.
Ø Hubungan manusia dengan manusia
lainnya.
Meliputi pergaulan hidup sesame
manusia kewajiban membiasakan diri sendiri dan orang lain.serta menjauhkan diri
dari perilaku yang buruk.
Ø Hubungan manusia dengan lingkungannya
Meliputi ahlak terhadap lingkungannya baik lingkungan dalam arti
yang luas.maupun selain manusia yaitu binatang dan tumbu-tumbuhan[1].
D.
MACAM-MACAM AQIDAH
Aqidah Islam merupakan usuluddin, akar dan
pokok agama Islam. Pembahasan tentang akidah dilakukan oleh ilmu kalam yakni
ilmu hasil penalaran atau ijtihad manusia yang membahas dan menjelaskan tentang
kalam Ilahi (mengenai akidah) atau juga disebut ilmu tauhid karena membahas dan
menjelaskan (terutama) tentang ke-Esaan Allah (tauhid). Hasil pemahaman tentang
akidah menimbulkan aliran-aliran atau mazhab-mazhab dengan nama tertentu di kalangan
umat Islam. Aliran-aliran ini di lapangan akidah dalam ilmu kalam, adalah:
1.
Kharijiyah.
Sebagai kelompok disebut Khawarij yakni segolongan umat Islam yang semula
menjadi pengikut Ali bin Abi Thalib, kemudian keluar dan memisahkan diri dari
Ali terhadap Mu’awiyah dalam menyelesaikan perselisihan (politik) mereka dengan
berunding yang kemudian dilanjutkan dengan arbitrasi atau perwasitan (tahkim).
2.
Murji’ah.
Lahir sebagai reaksi terhadap aliran Kharijiyah. Mereka mengharap pengampunan
dari Allah atas segala dosa yang dikerjakan manusia, menangguhkan dan
menyerahkan dosa itu pada ketentuan Allah di akhirat.
3.
Syi’ah.
Berasal dari kata Syi’ah Ali atau pengikut Ali r.a. Syi’ah adalah paham suatu
golongan dalam Islam yang berpendapat bahwa hanya Ali bin Abi Thalib serta
keturunannya melalui Fatimah binti Muhammad yang berhak menjadi khalifah.
Sebagai kelompok paham, Syi’ah terdiri dari tiga aliran, yaitu Itsna
’Asyariyah, Sab’iyah, dan Zaidiyah.
4.
Jabariyah.
Berasal dari kata jabar yang artinya terpaksa. Golongan ini berpendapat bahwa
manusia terpaksa atau dipaksa melakukan sesuatu yang telah ditentukan oleh
Allah.
5.
Qadariyah.
Merupakan penentang aliran Jabariyah. Menurut paham ini manusia bebas
menentukan segala perbuatannya. Manusia bebas menentukan nasibnya sendiri dan
perbuatan yang baik atau yang buruk bagi dirinya.
6.
Muktazilah.
Golongan ini mengajarkan ilmu kalam yang bersifat rasional, mempergunakan
filsafat dalam menjelaskan keyakinan agama. Karena itu, mereka kritis terhadap
Sunnah Nabi atau hadis.
7.
Ahlussunah
wal Jama’ah. Pada umumnya golongan ini disebut Sunni. Golongan ini berpegang
pada al-Quran, sunah Nabi Muhammad dan para sahabatnya mengenai akidah.
8.
Ahmadiyah.
Golongan ini terbagi dua aliran yakni Ahmadiyah Qadiyan (yang berpendapat bahwa
Mirza Gulam Ahmad merupakan Nabi dan Rasul Akhir zaman yang mendapat wahyu
Rukun
Iman
1.
Iman
kepada Allah SWT
Dalam akidah Islam, Tuhan memperkenalkan diri-Nya dan memberitahukan sifat-sifat-Nya kepada manusia melalui firman-Nya yang disampaikan melalui utusan-Nya. Iman kepada Allah dan kepada sifat-sifat-Nya akan menandai perilaku seorang muslim sebab keyakinan yang ada dalam dirinya akan dibuktikan pada dampak perilakunya.
Dalam akidah Islam, Tuhan memperkenalkan diri-Nya dan memberitahukan sifat-sifat-Nya kepada manusia melalui firman-Nya yang disampaikan melalui utusan-Nya. Iman kepada Allah dan kepada sifat-sifat-Nya akan menandai perilaku seorang muslim sebab keyakinan yang ada dalam dirinya akan dibuktikan pada dampak perilakunya.
2.
Iman
kepada Malaikat
Keyakinan terhadap adanya malaikat bukan hanya sebatas mengetahui nama dan tugasnya saja, melainkan melahirkan dampaknya pada perilaku. Jika kita meyakini bahwa ada malaikat yang senantiasa mencatat kebaikan dan keburukan manusia setiap saat, maka ia akan selalu berhati-hati dalam bertindak.
Keyakinan terhadap adanya malaikat bukan hanya sebatas mengetahui nama dan tugasnya saja, melainkan melahirkan dampaknya pada perilaku. Jika kita meyakini bahwa ada malaikat yang senantiasa mencatat kebaikan dan keburukan manusia setiap saat, maka ia akan selalu berhati-hati dalam bertindak.
3.
Iman
kepada Kitab
Allah menurunkan wahyunya kepada manusia melalui Rasul-Nya yang tertulis dalam kitab-kitab-Nya. Kitab Allah berisi informasi-informasi,aturan-aturan, dan hukum-hukum Allah dari Allah bagi manusia. Kitab-kitab Allah menjadi pedoman hidup manusia demi mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Kiatb-kitab Allah yang diturunkan kepada manusia telah disesuaikan dengan tingkat perkembangan kebudayaan manusia.
Allah menurunkan wahyunya kepada manusia melalui Rasul-Nya yang tertulis dalam kitab-kitab-Nya. Kitab Allah berisi informasi-informasi,aturan-aturan, dan hukum-hukum Allah dari Allah bagi manusia. Kitab-kitab Allah menjadi pedoman hidup manusia demi mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Kiatb-kitab Allah yang diturunkan kepada manusia telah disesuaikan dengan tingkat perkembangan kebudayaan manusia.
4.
Iman
kepada Rasul
Rasul diutus untuk manusia agar manusia dapat memahami apa yang dikehendaki dan direncanakan Allah, karena manusia tidak dapat berhubungan langsung dengan Allah SWT. Allah menurunkan wahyu-Nya kepada manusia tidak secara langsung, melainkan memilih diantara manusia dan dijadikan-Nya utusan.
Rasul diutus untuk manusia agar manusia dapat memahami apa yang dikehendaki dan direncanakan Allah, karena manusia tidak dapat berhubungan langsung dengan Allah SWT. Allah menurunkan wahyu-Nya kepada manusia tidak secara langsung, melainkan memilih diantara manusia dan dijadikan-Nya utusan.
5.
Iman
kepada Hari Kiamat
Beriman kepada hari kiamat adalah meyakini akan kedatangannya agar kita bersiap-siap memperbaiki diri untuk menghadapi pengadilan Allah
Iman
kepada TakdirBeriman kepada hari kiamat adalah meyakini akan kedatangannya agar kita bersiap-siap memperbaiki diri untuk menghadapi pengadilan Allah
kadar atau ukuran. Beriman kepada takdir Allah akan melahirkan sikap optimisme, tidak mudah kecewa dan putus asa, sebab apa yang menimpa setelah segala usaha dilakukan merupakan takdir Allah, dan Allah selalu memberikan yang terbaik bagi hamba-Nya.
Rukun Iman yang telah disebutkan dan dijelaskan di atas pada dasarnya merupakan satu kesatuan yang sistemik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar